Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Karawang menunjukkan peningkatan pada tahun 2024. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran mencapai Rp73.158 per kapita per bulan. Angka ini meningkat 4,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara persentase, pengeluaran untuk perawatan kulit ini relatif kecil jika dibandingkan dengan total pengeluaran masyarakat Karawang. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp313.746, sementara untuk makanan jadi sebesar Rp320.574. Ini menunjukkan alokasi dana untuk kebutuhan dasar masih mendominasi pengeluaran masyarakat.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Sumatera Utara Periode 2018-2023)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Karawang cenderung fluktuatif. Sempat mengalami penurunan 2,5 persen pada 2020, kemudian melonjak signifikan 46,9 persen pada 2022. Pertumbuhan 2024 sebesar 4,2 persen ini menunjukkan adanya tren peningkatan kembali setelah sempat stagnan di angka Rp70.201 pada 2023. Kenaikan tertinggi ada di tahun 2022, dengan pertumbuhan 46,9 persen.
Pengeluaran masyarakat Karawang secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.570.417 pada 2024, meningkat 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat.
Dalam skala provinsi, Kabupaten Karawang berada di peringkat 10 untuk pengeluaran perawatan kulit pada 2024. Peringkat ini lebih baik dari Kabupaten Indramayu (11) namun masih di bawah Kota Tasikmalaya (9). Secara nasional, Karawang berada di peringkat 129.
BPS mencatat konsumsi non makanan di Karawang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Karawang berada di urutan 9 se-Jawa Barat. Pada tahun 2024, pengeluaran tercatat Rp749.580, naik 23,8 persen dibanding tahun sebelumnya.
(Baca: Persentase Pengangguran 2024 di Kabupaten Kuningan 7,78%)
Rata-rata pengeluaran untuk perawatan kulit dalam tiga tahun terakhir (2022-2024) adalah Rp71.185. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir (2018-2022) yang hanya Rp56.633. Ini mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kulit dalam beberapa tahun terakhir. Pengeluaran terendah terjadi pada tahun 2020 sebesar Rp46.140, yang kemungkinan dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
Berikut perbandingan dengan beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Kota Bekasi mencatat pengeluaran tertinggi untuk perawatan kulit, mencapai Rp188.344 dengan pertumbuhan 6,5 persen. Kota Depok mengalami penurunan pengeluaran menjadi Rp140.716 dengan pertumbuhan -11.4 persen. Kota Bogor juga mengalami penurunan menjadi Rp133.919 dengan pertumbuhan -17.7 persen. Kota Bandung mencatat Rp125.413 dengan pertumbuhan 16 persen. Sementara Kota Cimahi Rp101.905 dengan pertumbuhan -17.8 persen, berada di peringkat kelima se-Jawa Barat.
Kota Bekasi
Kota Bekasi mencatatkan pengeluaran tertinggi baik untuk makanan maupun non makanan, dengan pertumbuhan yang signifikan. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.908.316, meningkat 22.4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan menduduki peringkat pertama di Jawa Barat. Pengeluaran untuk makanan juga tinggi, mencapai Rp1.224.388, meningkat 21.3 persen. Data ini menunjukkan tingkat konsumsi dan kesejahteraan yang tinggi di Kota Bekasi.
Kota Depok
Kota Depok menunjukkan pertumbuhan yang stabil dalam pengeluaran, meski tidak sepesat Kota Bekasi. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.674.594, tumbuh 12.8 persen dan menduduki peringkat kedua se-Jawa Barat. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp1.148.659, tumbuh 9 persen. Pertumbuhan ini menunjukkan ekonomi yang stabil di Kota Depok.
Kota Bogor
Kota Bogor mencatatkan pertumbuhan yang signifikan dalam pengeluaran bukan makanan, namun pertumbuhan untuk makanan lebih moderat. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.561.420, melonjak 50.1 persen dan menduduki peringkat ketiga di Jawa Barat. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp909.166, tumbuh 21 persen. Perbedaan pertumbuhan ini bisa mengindikasikan perubahan prioritas konsumsi masyarakat Kota Bogor.
Kota Bandung
Kota Bandung menunjukkan pertumbuhan yang seimbang antara pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.382.176, tumbuh 12.2 persen. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp996.064, tumbuh 17.7 persen. Keseimbangan ini mencerminkan diversifikasi kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Bandung.