KLHK Deteksi 190 Hotspot di Indonesia, Terbanyak di Maluku Utara (Senin, 1 Desember 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 190 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 34 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (1/12/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 190 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 186 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: BNPB Catat 52 Bencana Alam Medio Agustus 2023, Terbanyak Karhutla)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 39 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 32 titik. Bengkulu berada di posisi ketiga sebanyak 28 titik panas.
Sebanyak 14 titik panas terdeteksi di Sumatera Selatan, Banten menyusul dengan 12 titik panas, serta Sulawesi Tenggara dan Riau masing-masing memiliki 9 dan 9 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: NTT Selalu Dilanda Karhutla 10 Tahun Terakhir, BMKG Imbau Tingkatkan Kesiagaan)