PricewaterhouseCoopers (PwC) melakukan survei persepsi terhadap pemimpin perusahaan atau chief executive officer (CEO) di Indonesia tentang faktor yang menjadi hambatan pengembangan bisnisnya. Konteks pengembangan merujuk pada inovasi bisnis hingga cara perusahaan memberikan atau mencapai suatu nilai.
Hal pemberat pengembangan bisnis adalah iklim regulasi, dipilih 75% responden CEO Indonesia. PwC menyebut, rumitnya regulasi ini di luar kendali mereka. Bahkan secara rata-rata, CEO yang berbasis di Indonesia merasa lebih tertekan oleh faktor ini dibandingkan dengan CEO di tingkat global dan Asia Pasifik.
Selanjutnya adalah kurangnya kemampuan teknologi di perusahaannya, dipilih 63% responden.
Ada juga faktor pemilihan prioritas, tantangan infrastruktur, proses birokrasi di perusahaan, sumber keuangan, hingga kurangnya dukungan yang mempengaruhi pengembangan bisnis perusahaan.
Faktor yang dipilih ini berdasarkan tingkat to a moderate extent (cukup atau sedang); to a large extent (sebagian besar atau secara signifikan); dan to a very large extent (sangat besar atau hampir sepenuhnya).
Survei ini digelar PwC dalam rangka 27th Annual Global CEO Survey pada Oktober hingga November 2023 dan diluncurkan pada 15 Januari 2024. Survei ini menyasar 4.702 CEO secara global, termasuk 1.774 dari Asia Pasifik.
Wilayah yang tercakup adalah Australia, Bangladesh, Kamboja, Tiongkok Daratan, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Berikut daftar lengkap faktor yang menghambat perkembangan bisnis menurut para CEO di Indonesia:
- Iklim regulasi: 75%
- Kurangnya kemampuan teknologi di perusahaan saya: 63%
- Prioritas operasional yang saling bersaing: 61%
- Kurangnya keterampilan dalam tenaga kerja perusahaan saya: 61%
- Tantangan infrastruktur (misalnya kapasitas jaringan listrik, keterbatasan konektivitas): 56%
- Ketidakstabilan rantai pasokan: 52%
- Proses birokrasi di perusahaan saya: 49%
- Kurangnya dukungan dari stakeholder internal: 49%
- Sumber daya keuangan yang terbatas (misalnya arus kas tidak memadai, kesulitan mencari modal): 48%
- Kurangnya dukungan dari direksi: 40%.
(Baca juga: Jumlah Wirausaha RI Bertambah Awal 2025, Rekor Tertinggi Baru)