Kementerian LHK Deteksi 996 Hotspot di Indonesia, Terbanyak di Nusa Tenggara Timur (Rabu, 8 Oktober 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 996 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 103 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (8/10/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 996 titik panas terdeteksi, 19 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 828 titik skala sedang, dan 149 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Ada 1.300 Bencana Alam di RI sampai September 2024, Ini Rinciannya)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 255 titik. Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 240 titik. Kalimantan Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 94 titik panas.
Sebanyak 79 titik panas terdeteksi di Aceh, Jawa Timur menyusul dengan 55 titik panas, serta Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan masing-masing memiliki 39 dan 39 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada Hampir 300 Bencana Alam sampai Pertengahan Februari 2024)