113 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 24 November 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 113 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 26 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (24/11/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 113 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 109 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kalimantan Barat Hasilkan Emisi CO2 dari Karhutla Terbanyak sampai Juli 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 21 titik. Papua Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 20 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 19 titik panas.
Sebanyak 12 titik panas terdeteksi di Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur menyusul dengan 11 titik panas, serta Riau dan Kalimantan Barat masing-masing memiliki 6 dan 6 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)