Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengesahkan resolusi untuk merespons perang Israel-Palestina pada Jumat (27/10/2023). Resolusi itu disetujui oleh 120 negara.
"Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi besar tentang krisis di Gaza, menyerukan adanya gencatan senjata demi kemanusiaan (humanitarian truce) dengan segera, jangka panjang, serta berkelanjutan yang mengarah pada penghentian permusuhan," kata tim publikasi PBB di situs UN News.
Dalam resolusi tersebut, Majelis Umum PBB menuntut agar semua pihak dalam perang Israel-Palestina mematuhi hukum kemanusiaan serta prinsip hak asasi manusia internasional, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga dan objek sipil.
Resolusi itu juga mendesak adanya perlindungan terhadap pekerja kemanusiaan, orang-orang yang tidak mampu berperang, serta mendesak pembukaan fasilitas dan akses bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
"Lebih jauh lagi, resolusi ini menyerukan agar Israel, sebagai 'negara yang menduduki' (occupying power), membatalkan perintahnya terkait evakuasi warga sipil Palestina, staf PBB, dan pekerja kemanusiaan dari Jalur Gaza bagian utara," kata tim publikasi PBB di situs UN News.
Kendati sudah menyerukan dan mendesak berbagai hal, resolusi tersebut belum mampu menghentikan serangan militer Israel, serta tak ampuh mencegah terbunuhnya warga Palestina.
Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), sejak resolusi Majelis Umum PBB disahkan pada Jumat (27/10/2023) sampai Senin (30/10/2023), warga Palestina yang tewas bertambah sekitar 996 orang.
Alhasil, sejak awal perang ini sampai Senin (30/10/2023), jumlah total korban jiwa Palestina sudah melampaui 8.400 orang, sekitar 6 kali lipat lebih banyak dibanding korban jiwa Israel seperti terlihat pada grafik di atas.
Menurut laporan OCHA, intensitas serangan Israel di wilayah Gaza juga masih tinggi pasca-pengesahan resolusi Majelis Umum PBB.
"Pada 30 Oktober 2023, operasi militer darat Israel yang signifikan di Gaza berlanjut selama empat hari berturut-turut, bersamaan dengan pemboman yang intens," kata OCHA dalam laporannya, Senin (30/10/2023).
"Pada 30 Oktober 2023, pasukan Israel terus menargetkan serangan ke sekitar rumah sakit untuk hari kedua berturut-turut, menyebabkan kerusakan pada rumah sakit An Nasser, Rumah Sakit Persahabatan Turki, dan pusat kesehatan UNRWA. Selain itu, gudang di sebelah Rumah Sakit Al Quds juga terkena dampak dan dirusak," lanjutnya.
(Baca: 24 Hari Perang, Korban Jiwa Palestina 8.400 Orang Lebih)