Luas areal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia sepanjang 2021 meningkat dibandingkan pada 2020. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan dan lahan yang terbakar di Indonesia mencapai 354.582 hektare (ha) atau mengalami peningkatan 19,4% dibandingkan 296.942 ha pada 2020.
KLHK mencatat, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang terdampak karhutla paling besar sepanjang 2021, yakni 137.297 ha. Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di ururtan kedua dengan karhutla seluas 100.908 ha.
Sementara itu, Banten, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta merupakan provinsi yang tidak terdampak karhutla. Kemudian luas karhutla di Bali hanya 3 ha sepanjang tahun lalu.
Secara kumulatif sejak 2016 hingga 2021, 3,43 juta ha hutan dan lahan telah terbakar di Indonesia. Karhutla tahunan terburuk terjadi pada tahun 2019 yang membakar 1,6 juta ha hutan dan lahan di Tanah Air.
Jika dilihat secara tren, karhutla yang terjadi di Indonesia cenderung fluktatif. Pada 2016, terjadi karhutla seluas 438.363,19 ha. Pada 2017, terjadi penurunan karhutla mencapai 165.483,92 ha atau turun 62%.
Kemudian pada 2018 mengalami peningkatan hingga 219% menjadi 529.266,64 ha. Pada setahun setelahnya pun kembali meningkat 211% mencapai 16 juta ha. Namun, kembali menurun 82% pada 2020.
Bencana karhutla di Indonesia setiap tahun terus berulang. Kejadian ini tentunya menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan kerugian ekonomi. Untuk itu, perlu adanya upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla di Indonesia terlebih kawasan yang sering mengalami kejadian tersebut.
(Baca: LAPAN Deteksi 310 Titik Panas di Indonesia, Terbanyak di Kalimantan Barat)