Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor industri tekstil Indonesia melemah pada 2023.
Komoditas di kelompok industri ini meliputi benang pintal, kain tenun, serat stapel buatan, serat/benang/strip filamen buatan, kain rajutan, kain sulaman/bordir, serat tekstil, sutra, dan barang tekstil lainnya.
Sepanjang 2023 volume ekspor industri tekstil nasional mencapai 1,49 juta ton, turun 2,43% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Kemudian nilai ekspornya merosot 14,78% (yoy) jadi sekitar US$3,6 miliar.
(Baca: 10 Komoditas Ekspor Andalan Indonesia Melemah pada 2023)
Dengan demikian, kinerja ekspor industri tekstil Indonesia sudah melemah dua tahun berturut-turut, yakni pada 2022 dan 2023.
Bahkan pada 2023 volume ekspornya lebih kecil dibanding masa pandemi, serta menjadi rekor terendah dalam sembilan tahun terakhir seperti terlihat pada grafik.
Menurut Timotius Apriyanto, Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DI Yogyakarta, penurunan kinerja industri tekstil terjadi karena melemahnya permintaan global.
"Situasi pertekstilan di Indonesia saat ini tidak begitu baik, dalam arti ini dipengaruhi kondisi geopolitik global," kata Timotius, disiarkan Harian Jogja (23/2/2024).
Timotius menyebut, sejumlah negara tengah mengalami perlambatan ekonomi dan inflasi tinggi, sehingga masyarakatnya lebih mementingkan belanja barang kebutuhan pokok.
"Jadi mereka tidak belanja fashion," ujarnya.
(Baca: Jepang Resesi, Ekspor Indonesia Terdampak)