Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2023 volume ekspor industri pengolahan logam dasar nikel Indonesia mencapai 1,26 juta ton, melonjak 62,33% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Dalam periode sama, nilai ekspornya naik 14,75% (yoy) menjadi US$6,8 miliar atau sekitar Rp106,59 triliun (asumsi kurs Rp15.660 per US$).
(Baca: Harga Nikel Turun 9 Bulan Berturut-turut sampai Awal 2024)
Kinerja ekspor industri nikel Indonesia pada 2023 menjadi rekor tertinggi baru, seperti terlihat pada grafik.
Namun, jika dicermati, tingkat pertumbuhan nilai ekspor nikel Indonesia tak setinggi pertumbuhan volumenya. Hal ini dipengaruhi harga nikel yang turun pada 2023.
Menurut data Bank Dunia, pada 2022 rata-rata harga nikel mencapai US$25.833,73 per ton. Lantas pada 2023 rata-rata harganya turun 16,7% (yoy) menjadi US$21.521,12 per ton.
Bank Dunia pun memproyeksikan harga nikel masih akan turun pada 2024, melanjutkan tren pelemahan yang terjadi sepanjang 2023.
(Baca: Naik-Turun Harga Nikel, Pengaruh Oversupply sampai Tren Kendaraan Listrik)