Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terdapat lima komoditas utama penyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2023.
Komoditas dengan penyumbang inflasi terbesar adalah bensin yang naik mencapai 0,83% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kedua adalah beras, dengan andil 0,41%.
Rokok kretek filter menempati posisi ketiga dengan andil 0,21%. Kemudian rumah kontrak dan tarif angkutan dalam kota yang naik masing-masing mencapai 0,11% dan 0,09%.
BPS menjelaskan, inflasi tahunan (yoy) mencapai 3,27% pada Agustus 2023. Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 115,22 poin.
"Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 6,4% dengan IHK 122,04 poin. Terendah terjadi di Jambi (dengan inflasi) 1,92% dan IHK sebesar 116,37 poin.
(Baca juga: Inflasi Indonesia Naik Tipis pada Agustus 2023)
Penyebab harga beras kian naik
Harga beras yang masih konsisten meningkat kemungkinan besar memicu inflasi pada September 2023.
Melansir Kompas.id, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, belum ada tanda-tanda harga beras menurun pada pekan ketiga September 2023. Harga rata-ratanya mencapai Rp13.477 per kilogram (kg).
Satu sisi, Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan, faktor kenaikan harga beras dari dalam negeri karena dampak El Nino. Melansir Katadata, mayoritas petani saat ini sedang memasuki musim tanam sehingga produksi beras sedikit.
Oleh sebab itu, kata Suyamto, Bulog menggelontorkan beras operasi pasar di seluruh Indonesia. Saat ini, total beras operasi pasar yang telah digelontorkan mencapai 800 ribu ton.
"Selanjutnya setiap hari kami akan gelontorkan terus sampai harga stabil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9/2023).
Sementara itu, Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, meyakini bantuan beras dan operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah memang akan menurunkan harga beras. Namun penurunan tersebut tidak akan berdampak signifikan.
"Kalau betul-betul terlaksana sesuai rencana, harga beras akan turun sedikit saja. Sangat sulit harga beras untuk kembali ke harga awal sesuai Harga Pokok Produksi atau Harga Eceran Tertinggi," kata Sutarto kepada Katadata, Rabu (20/9/2023).
Harga beras diramalkan Sutarto tidak akan berubah signifikan hingga akhir tahun ini. Ini karena stok beras baik di masyarakat mapupun pemerintah sudah ketat atau pas-pasan, buntut menurunnya produksi secara tahun berjalan.
Akan tetapi, Mantan Kepala Bulog ini menekankan sebab penurunan produksi beras nasional bukan karena masalah iklim seperti yang selama ini disebutkan pemerintah. Sutarto berargumen penurunan produksi beras sepanjang 2023 disebabkan oleh konversi dan degradasi lahan sawah yang serius, minimnya pupuk, dan sulitnya petani mendapatkan benih bersertifikat.
(Baca juga: Masuk Puncak Kemarau, Harga Beras Naik Lagi pada Agustus 2023)