Teknologi artificial intelligence (AI) terus berkembang, hingga mampu menjalankan fungsi manajemen aset.
Manajemen aset adalah kegiatan pengelolaan aset atau portofolio investasi untuk tujuan tertentu, seperti menjaga nilai aset dalam jangka panjang, serta memaksimalkan keuntungan aset.
Karena memerlukan kemampuan strategis, manajemen aset biasanya dilakukan oleh tenaga profesional di bidang keuangan dan pasar modal.
Namun, kini ada juga investor yang memanfaatkan aplikasi digital atau layanan penasihat keuangan berbasis robot AI (robo-adviser) untuk mengelola aset-asetnya.
Hal ini terlihat dari laporan survei PricewaterhouseCoopers (PwC) yang bertajuk Asset and wealth management revolution 2023: The new context.
"Hampir 90% investor institusional dalam survei kami percaya bahwa penggunaan teknologi disruptif, termasuk big data, AI, dan blockchain, akan memberikan portofolio dan imbal hasil yang lebih baik," kata tim PwC dalam laporannya.
"Lebih dari 90% manajer aset sudah menggunakan teknologi baru tersebut untuk meningkatkan kinerja investasi," lanjutnya.
(Baca: Ini Sektor Industri yang Banyak Gunakan AI untuk Pengembangan Produk)
PwC memperkirakan, total nilai aset yang dikelola (assets under management/AUM) robo-adviser secara global mencapai USD 2,5 triliun pada 2022.
Jumlah itu meningkat 31,5% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Namun, nilai itu proporsinya baru sekitar 2% dari total dana kelolaan perusahaan manajemen aset global, yang secara kumulatif mencapai USD 115,1 triliun pada 2022.
Adapun PwC memproyeksikan, aset yang dikelola AI atau robo-adviser akan terus bertambah dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami memprediksi, aset yang dikelola robo-adviser akan mencapai USD 5,9 triliun pada tahun 2027, meningkat dua kali lipat lebih dibanding 2022," kata tim PwC.
"Pengembangan lebih lanjut memungkinkan AI untuk memperbaiki strategi perdagangan, dan AI generatif bisa membuka jalan untuk penguatan analisis data yang tidak terstruktur," lanjutnya.
PwC melakukan survei ini terhadap manajer investasi (250 responden) dan investor institusional (250 responden) berskala global. Lebih dari separuh investor institusional yang disurvei memiliki dana kelolaan di atas USD 10 miliar.
(Baca: 10 Negara dengan Investasi AI Terbesar di Dunia)