Masih Banyak Pemilih Kritis yang Belum Menunjukkan Partai Politik Pilihannya

Politik
1
Erlina F. Santika 26/04/2023 18:59 WIB
Tren Pemilih yang Belum Menunjukkan Partai Politik Pilihannya dalam Simulasi Pemilu versi SMRC (April 2022-April 2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, PDI Perjuangan (PDIP) menjadi partai politik yang dipilih oleh pemilih kritis pada medio April 2023 ini. Proporsinya menyentuh 16,1% dari total responden.

Namun, proporsi itu sejatinya jauh lebih sedikit daripada mereka yang belum menunjukkan atau memilih partai politik dalam simulasi pemilihan umum SMRC tersebut. Torehannya mencapai 31,2% dari total responden.

Jika dilihat trennya dari April 2022, proporsi pemilih yang memilih tidak tahu atau tidak jawab (TT/TJ) cukup tinggi, yakni 43,8%. Setelahnya, responden yang memilih TT/TJ cenderung menurun, hingga Agustus 2022 lalu yang mencapai 29,4%.

Namun, pada September 2022 angkanya naik lagi menjadi 31,4%. Proporsi responden TT/TJ tertinggi sepanjang awal 2023 ini terjadi pada Februari 2023, yang mencapai 33,7%.

Kelompok ini sebenarnya menjadi ceruk yang seksi bagi partai politik. Sebab setiap simulasi, proporsinya cenderung cukup besar, bahkan melebihi capaian dari dukungan terhadap partai politik, misalnya PDIP.

"Setiap partai masih berpeluang menaikkan suara karena masih sangat banyak pemilih kritis yang belum menentukan pilihan (31,2%)," tulis SMRC dalam temuannya, Selasa (25/4/2023).

(Baca juga: Survei LSI: Elektabilitas Prabowo Ungguli Ganjar dan Anies pada April 2023)

SMRC menyebut, pemilih kritis merupakan salah satu kelompok pemilih yang penting untuk diperhatikan. Dalam perhitungannya, pemilih kritis mencapai 80% dari total populasi pemilih, dan cenderung berada di lapisan lebih atas.

"Pemilih kritis pada umumnya tidak mudah goyah atau dipengaruhi, dan sebaliknya bisa mempengaruhi pemilih lain," tulis tim riset SMRC.

Tim riset menyebut, pemilih yang memiliki telepon atau smartphone merupakan indikasi kelompok pemilih kritis. Mereka cenderung memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapat informasi sosial-politik dibanding yang tidak punya gawai.

"Dan karena itu kritis dalam menilai berbagai persoalan," ujar tim riset.

Target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau smartphone.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.

Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 831 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

Margin of error survei diperkirakan mencapai 3,5% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.

Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. Survei terakhir dilakukan pada 18–19 April 2023.

(Baca juga: PDIP Jadi Partai Politik yang Dapat Dukungan Terbesar di Kelompok Pemilih Kritis)

Data Populer
Lihat Semua