Berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT), jumlah pergerakan masyarakat saat musim mudik Lebaran 2023 diprediksi mencapai 123,8 juta orang. Jumlah ini meningkat 44,79% jika dibandingkan dengan prediksi mudik Lebaran 2022 sebesar 85,5 juta orang.
Tercatat, moda transportasi darat mendominasi pergerakan saat mudik tahun ini. Mayoritas masyarakat diprediksi menggunakan mobil pribadi sebanyak 27,32 juta orang atau 22,07% dari total pergerakan masyarakat pada mudik Lebaran 2023.
Selanjutnya, masyarakat yang menggunakan sepeda motor 25,13 juta orang (20,3%). Lalu, diikuti oleh moda bus 22,77 juta orang (18,39%), kereta api antarkota 14,47 juta orang (11,69%), dan mobil sewa 9,53 juta orang (7,7%).
Survei tersebut juga menunjukkan, pergerakan masyarakat didominasi dari pulau Jawa, yaitu sebesar 77,3 juta orang atau 62,5% dari total pergerakan masyarakat di mudik Lebaran 2023.
Melihat potensi pergerakan masyarakat yang begitu tinggi pada masa mudik tahun ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kementeriannya bersama pemangku kepentingan akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi.
“(Langkah antisipasi) baik berupa penyiapan sarana prasarana transportasi, aspek keselamatan, manajemen rekayasa lalu lintas, dan kebijakan lainnya agar penyelenggaraan mudik tahun ini dapat berjalan dengan selamat, aman, dan terkendali,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dikutip dari siaran pers, Selasa (7/10/2023).
Budi mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya potensi pergerakan masyarakat pada masa mudik tahun ini. Salah satunya karena tidak ada lagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan Indonesia memasuki masa pra-endemi atau mendekati normal pasca pandemi Covid-19.
Faktor lainnya, perekonomian yang semakin membaik, tidak ada pembatasan atau larangan perjalanan, dan persepsi positif dari masyarakat pada penyelenggaraan angkutan Lebaran 2022.
Adapun survei ini dilakukan secara online, mulai dari perencanaan dan analisis hasil surveinya dilakukan bekerja sama dengan kalangan akademisi dan pakar transportasi.
Menurut Kemenhub, pelaksanaan survei ini telah memperhatikan berbagai faktor antara lain sosiologis, ekonomi, budaya, dan dinamika yang terjadi di masyarakat, serta perubahan kebijakan dan regulasi terkait dengan penanganan kondisi Covid-19 yang semakin membaik.
(Baca: Survei: Mayoritas Publik Puas terhadap Fasilitas yang Mendukung Mudik Lebaran 2022)