Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022, dan peperangan di sana belum usai hingga sekarang.
Menurut laporan United Nations (UN) Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), dalam setahun terakhir perang tersebut sudah menewaskan sekitar 8 ribu warga sipil Ukraina, serta membuat 13 ribu orang menderita luka-luka.
Namun, OHCHR menyebut angka ini hanyalah "puncak gunung es", karena jumlah korban sesungguhnya mungkin lebih banyak dari yang tercatat.
"Jatuhnya korban sipil di Ukraina tak tertahankan. Di tengah kekurangan listrik dan air selama musim dingin, hampir 18 juta orang di Ukraina sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sekitar 14 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka," kata OHCHR dalam siaran persnya, Selasa (21/2/2023).
"Pendidikan para pelajar terhenti akibat serangan militer ke fasilitas pendidikan, sementara orang tua dan penyandang disabilitas menghadapi tantangan besar. Dalam beberapa kasus mereka tidak bisa mencapai tempat perlindungan bom, atau harus menghabiskan waktu lama di ruang bawah tanah dalam kondisi yang mempengaruhi kesehatan mereka," lanjutnya.
Menurut data OHCHR, sekitar 90% korban sipil tewas atau terluka karena terkena senjata peledak, termasuk peluru artileri, rudal jelajah dan balistik, serta serangan udara yang sebagian besarnya terjadi di daerah berpenduduk.
Ada pula ratusan korban sipil yang tewas atau terluka karena ranjau dan bahan peledak sisa-sisa perang.
"Perang tak masuk akal ini gemanya terasa di seluruh dunia. Perang ini membuat harga makanan dan bahan bakar naik, serta memperdalam kesengsaraan di skala global terutama bagi kelompok paling rentan," kata OHCHR.
"Perang ini, yang merupakan penghinaan terang-terangan terhadap Piagam PBB dan telah memakan sangat banyak korban manusia, harus diakhiri sekarang," lanjutnya.
(Baca: Ketidakpastian Global Meningkat pada Akhir 2022)