Menurut laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) dan International Labour Organization (ILO), jumlah tenaga kerja energi terbarukan di seluruh dunia sudah mencapai 12,7 juta orang pada 2021.
Tiongkok memiliki lapangan kerja bidang energi terbarukan paling besar di skala global, yang sudah mampu menyerap 5,36 juta pekerja. Sekitar 50%-nya bekerja di sektor energi surya fotovoltaik.
"Hal ini mencerminkan posisi Tiongkok yang kuat, baik sebagai produsen teknologi maupun sebagai pemilik kapasitas pembangkit energi surya fotovoltaik terbesar," kata IRENA dalam laporan Renewable Energy and Jobs: Annual Review 2022.
"Tiongkok menjadi rumah bagi sebagian besar rantai pasokan teknologi surya fotovoltaik global. Mereka menguasai 72% produksi polisilikon, 98% produksi ingot dan wafer, 79% manufaktur sel surya, dan 78% produksi modul surya global," lanjutnya.
Menurut IRENA, Tiongkok mampu menciptakan lapangan kerja energi terbarukan besar berkat pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dengan kebijakan industri, serta didukung tenaga kerja murah.
"Biaya tenaga kerja di Tiongkok hanya 8% dari total biaya manufaktur energi surya fotovoltaik. Ini rendah dibanding Amerika Serikat yang biaya tenaga kerjanya 22%," ungkap IRENA.
Setelah Tiongkok, lapangan kerja energi terbarukan terbesar berikutnya berada di Brasil. Lapangan yang dominan di Brasil adalah produksi bahan bakar nabati (biofuel), yakni etanol dan biodiesel.
Setelahnya ada Uni Eropa, Amerika Serikat, dan India dengan rincian jumlah pekerja seperti terlihat pada grafik. Lapangan kerja energi terbarukan yang paling dominan di Uni Eropa adalah sektor biomassa, Amerika Serikat sektor biofuel, dan India sektor energi air.
(Baca: Pekerja di Sektor Energi Terbarukan Terus Bertambah dalam 10 Tahun Terakhir)