Survei Polling Institute mengungkap, ojek online bukan menjadi transportasi utama masyarakat Indonesia. Bahkan, penggunaan transportasi umum di tanah air cenderung sangat rendah.
Berdasarkan riset tersebut, kebanyakan responden menggunakan kendaraan pribadi 41.4%. Responden yang menggunakan ojek online dan taxi online menjadi pilihan transportasi terbanyak kedua masyarakat Indonesia untuk mobilitas.
Tercatat, responden yang menggunakan ojek online sebanyak 28.4%, menggunakan taxi online 5.6%, dan moda transportasi lainnya lebih rendah. Sementara yang menggunakan kombinasi moda transportasi sekitar 19.2%.
Sebelumnya, pemerintah resmi menaikkan tarif ojek online (ojol) seiring kenaikan harga BBM. Merespon kebijakan tersebut, sebagian besar masyarakat mengaku bakal tetap menggunakan ojol dan sebagian kecil pengguna ojol yang akan beralih ke transportasi umum.
Survei Polling Insitute menyebut sebanyak 29,1% pengguna ojol justru akan tetap menggunakan transportasi tersebut. Kemudian sebanyak 26,6% mengaku akan beralih ke sepeda motor pribadi, sebanyak 14% memilih kombinasi motor pribadi dan ojol, serta hanya 5,3% yang akan beralih ke angkutan umum.
Survei Polling Institute bertajuk "Kenaikan Tarif Ojek Online di Mata Pengguna dan Pengemudi" itu dilakukan dalam periode 16-24 Agustus 2022 lalu. Populasi survei tersebut adalah warga yang berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah dan merupakan pengguna ojek online yang pernah bepergian minimal satu hari dalam seminggu terakhir.
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) dengan sampel basis sebanyak 1.030 responden yang tersebar secara proporsional di 31 kabupaten/kota, kemudian dilakukan oversample sebanyak 190 responden pada kelompok pengguna rutin ojek online, sehingga total sampel yang dianalisis sebanyak 1.220 responden. Sementara margin of error dari ukuran sampel basis tersebut sebesar +/- 3,1% pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling).
(baca: Tarif Ojol Naik, Pengguna Beralih ke Angkutan Umum?)