Bank Indonesia (BI) memperkirakan harga rumah tapak akan tumbuh melambat secara tahunan pada periode Mei–Juni 2022, walaupun pemerintah memperpanjang insentif perpajakan untuk pembelian properti residensial.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang diperkirakan akan tumbuh 1,39% (year-on-year/yoy) pada kuartal II 2022. Melambat dibanding pertumbuhan kuartal I 2022 yang mencapai 1,77% (yoy).
“Prakiraan perlambatan harga rumah residensial primer ditengarai oleh penyesuaian harga yang sudah dilakukan oleh developer semenjak awal tahun 2022,” tulis BI dalam laporannya yang dirilis Rabu (18/5/2022).
Melambatnya pertumbuhan harga diperkirakan terjadi untuk seluruh tipe rumah, baik rumah kecil, menengah, maupun besar.
Harga rumah tipe kecil diperkirakan tumbuh melambat dari 2,01% (yoy) pada kuartal I menjadi 1,36% (yoy) pada kuartal II 2022.
Kemudian harga rumah tipe menengah diprediksi tumbuh melambat dari 2,18% (yoy) menjadi 1,88% (yoy) pada periode sama. Sementara harga rumah tipe besar melambat dari 1,11% (yoy) menjadi 0,91% (yoy).
Selama periode kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan harga rumah tertinggi diprediksi terjadi di Yogyakarta, Manado, Samarinda, Surabaya, dan Pontianak, seperti terlihat pada grafik.
Meski tinggi, pertumbuhan harga di kota-kota tersebut umumnya tetap tercatat melambat dibanding kuartal sebelumnya.
Adapun dari 18 kota yang disurvei BI, hanya ada 5 kota yang diprediksi mengalami pertumbuhan tahunan harga rumah lebih tinggi pada kuartal II 2022 dibanding kuartal sebelumnya, yakni Makassar, Samarinda, Denpasar, Banjarmasin, dan Surabaya.
(Baca: Penjualan Rumah Masih Terkontraksi pada Q1-2022, Apa Penyebabnya?)