Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan Indonesia akan membukukan surplus transaksi berjalan yang semakin besar pada tahun 2022 di tengah lonjakan harga komoditas dunia.
Surplus transaksi berjalan Indonesia tahun 2022 diproyeksikan mencapai 4,47% dari produk domestik bruto (PDB). Proyeksi ini sedikit lebih tinggi dari rekor surplus transaksi berjalan yang pernah mencapai 4,45% dari PDB pada tahun 2000.
Selama pandemi Covid-19, Indonesia membukukan defisit transaksi berjalan yang menyusut pada tahun 2020 dan surplus pada tahun 2021. Tren ini terjadi sebagian besar karena impor mengalami kontraksi sementara ekspor meningkat, sebagian didukung oleh lonjakan harga komoditas.
Menyusul perang Rusia-Ukraina yang terjadi sejak akhir Februari 2022, harga komoditas-komoditas yang menjadi produk ekspor utama Indonesia melonjak. Harga batu bara, misalnya, naik 224,75% ke US$294,4 per ton pada bulan Maret 2022 dari tahun sebelumnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
IMF memproyeksikan surplus transaksi berjalan Indonesia akan menyusut mulai tahun 2023. Kemudian Indonesia diperkirakan akan kembali membukukan defisit transaksi berjalan mulai tahun 2024.
(Baca: Ekspor Indonesia Tumbuh 44,36% pada Maret 2022)