Menurut keterangan Kementerian Luar Negeri yang dilansir Antara, Indonesia akan menerima sekitar 2,8 juta dosis vaksin Moderna dari Amerika Serikat (AS) pada Jumat (11/3).
Kementerian Kesehatan telah menetapkan vaksin Moderna sebagai salah satu regimen vaksin Covid-19 booster yang digunakan di Indonesia.
Namun, jika melihat hasil pengujiannya di AS, penggunaan vaksin berbasis mRNA ini bukannya tanpa risiko.
Sudah ada ribuan orang di AS yang mengalami efek samping serius, bahkan meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19 Moderna.
Hal ini diungkapkan laporan penelitian berjudul "Safety of mRNA vaccines administered during the initial 6 months of the US Covid-19 vaccination programme" yang dirilis jurnal medis global The Lancet pada Senin (7/3).
Menurut penelitian tersebut, selama periode Desember 2020-Juni 2021 ada sekitar 131 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna yang didistribusikan di AS.
Dari total jumlah itu, sistem pelaporan kejadian ikutan pasca vaksinasi milik pemerintah AS atau Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) mencatat ada sekitar 175 ribu kasus efek samping yang dilaporkan penerima vaksin Covid-19 Moderna.
Rincian efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) vaksin Covid-19 Moderna (mRNA-1273) yang tercatat di AS adalah sebagai berikut:
- Gejala tidak serius: 162.977 orang (92,7%)
- Gejala serius: 10.448 orang (5,9%)
- Meninggal: 2.391 orang (1,4%)
Kasus gejala tidak serius yang banyak dialami adalah sakit kepala, kelelahan, demam, hingga bercak kemerahan di kulit.
Sedangkan gejala serius yang banyak dialami meliputi sesak napas, demam tinggi, hingga sakit dada.
Kemudian mayoritas kasus meninggal terjadi pada kelompok usia 60 tahun ke atas, dengan waktu kematian terbanyak pada hari pertama dan kedua setelah divaksin.
Laporan penelitian ini menekankan perlunya sistem pengawasan vaksinasi yang baik untuk menyediakan data bagi pembuat kebijakan, produsen dan penyedia layanan vaksinasi, tenaga medis, serta untuk mengedukasi masyarakat tentang keamanan vaksinasi Covid-19.
(Baca Juga: Stok Vaksin Covid-19 Global Didominasi AstraZeneca)