Melonjaknya harga kedelai pada awal tahun ini telah membuat produsen tempe dan tahu merana. Mereka terpaksa berhenti berproduksi.
Meski menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk di tanah air, tetapi kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan tahu berasal dari impor. Ini menyebabkan harganya gampang berubah mengikuti perkembangan harga dunia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 2,49 juta ton kedelai dengan nilai mencapai US$ 1,48 miliar pada 2021.
Amerika Serikat menjadi pemasok kedelai terbesar dengan nilai US$ 1,29 miliar. Nilai tersebut setara dengan 86,5% dari total impor kedelai Indonesia. Sementara volumenya tercatat sebesar 2,15 juta ton atau 86,3% dari total volume.
Kanada berada di posisi kedua dengan nilai impor kedelai sebesar US$ US$ 135,89 juta dan volume 232 ribu ton. Argentina menyusul di posisi selanjutnya dengan nilai impor US$ 52,08 juta dan volume 89,95 ribu ton.
Impor kedelai dari Brasil ke dalam negeri tercatat sebesar US$ 5,34 juta dan volume 9,2 ribu ton. Dari Malaysia, Indonesia mengimpor kedelai senilai US$ 2,46 juta ton dan volume 5,5 ribu ton.
Berikut 5 besar pemasok kedelai Indonesia:
1. Amerika Serikat
Nilai impor US$ 1,29 miliar
Volume impor 2,15 juta ton
2. Kanada
Nilai: US$ 135,89 juta
Volume: 232.009 ton
3. Argentina
Nilai: US$ 52,08 juta
Volume: 89.951 ton
4. Brasil
Nilai: US$ 5,35 juta
Volume: 9.238 ton
5. Malaysia
Nilai: US$ 2,46 juta
Volume: 5.547 ton