Aksi protes atau unjuk rasa di skala global meningkat saat pandemi Covid-19 muncul. Fenomena ini diungkapkan United Nations Development Programme (UNDP) dalam UNDP 2022 Special Report.
Menurut catatan UNDP, selama periode tahun 2009-2019 aksi protes terhadap pemerintah di seluruh dunia memang terus meningkat tiap tahunnya, dengan jumlah penambahan peristiwa rata-rata 11,5% per tahun.
Namun, saat pandemi Covid-19 muncul di tahun 2020, jumlah aksi protes tersebut melonjak hingga 58% lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2019 ada sekitar 90.462 peristiwa unjuk rasa di seluruh dunia. Kemudian sepanjang tahun 2020 jumlahnya naik menjadi 144.113 peristiwa.
Sekitar 95% unjuk rasa global yang terjadi saat pandemi merupakan aksi damai, sedangkan 5% lainnya melibatkan aksi kekerasan.
UNDP merinci bahwa lonjakan aksi unjuk rasa saat pandemi paling banyak terjadi di negara-negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat tinggi, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Hong Kong, dan sebagainya.
Menurut UNDP, maraknya aksi unjuk rasa mencerminkan semakin tingginya ketidakpuasan masyarakat global terhadap kinerja pemerintah dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan, serta penanganan krisis kesehatan.
(Baca Juga: 5 Ancaman Masa Depan yang Paling Dicemaskan Warga Dunia)