Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan peralihan energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Salah satu bentuknya, pemerintah menargetkan penghilangan penggunaan batu bara pada tahun 2040 atau lebih awal. Namun, mengutip laporan Ember Climate, pembangkitan listrik tenaga batu bara Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa tahun belakangan.
Pembangkitan batu bara Indonesia meningkat dari 117 TWh pada 2015 menjadi 168 TWh pada 2019, dan cenderung tetap di angka yang sama pada 2020. Pasalnya, penggunaan batu bara untuk pembangkitan listrik diperkirakan hanya mengalami sedikit penurunan pada 2020.
Hal tersebut menunjukkan, kenaikan pembangkitan listrik tenaga batu bara Indonesia sebanyak 44% dari 2015 hingga 2020. Angka tersebut menempatkan Indonesia berada pada posisi pertama dengan kenaikan pembangkitan listrik tenaga batu bara terbesar di antara negara G20.
Turki berada di posisi kedua dengan kenaikan pembangkitan tenaga listrik batu bara sebesar 39% pada periode 2015-2020. Menyusul Tiongkok di posisi ketiga dengan kenaikan sebesar 19%.
Negara G20 lainnya yang mengalami peningkatan pembangkitan listrik tenaga batu bara dalam periode tersebut adalah India sebesar 9%. Kemudian disusul oleh Rusia dengan kenaikan sebesar 5%.
Sementara itu, negara G20 lainnya mengalami penurunan pembangkitan listrik tenaga batu bara pada periode 2015-2020. Britania Raya mengalami penurunan pembangkitan listrik tenaga batu bara tertinggi, yakni sebesar 93%, sementara Afrika Selatan mengalami penurunan terkecil, yakni 7%.
(Baca: Indeks Perubahan Iklim Britania Raya Tertinggi di Antara Negara G20)