Kasus kebocoran data tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan berbagai negara lain di dunia. Tak tanggung-tanggung, peretas juga menyerang korporasi besar untuk meraup keuntungan.
Berdasarkan Laporan CSO Online, kasus kebocoran data Yahoo pada Agustus 2013 merupakan yang terbesar selama ini. Yahoo menyebutkan, ada sekitar 3 miliar akun yang berada di layanan mereka bocor.
Peretas mengakses informasi akun seperti pertanyaan dan jawaban keamanan serta kata sandi teks biasa. Namun, informasi kartu pembayaran dan data bank dilaporkan tidak dicuri.
Kasus kebocoran data terbesar berikutnya adalah Alibaba. Insiden ini terjadi pada November 2019 yang melibatkan 1,1 miliar akun pengguna terdampak.
Selanjutnya, LinkedIn dilaporkan memiliki 700 juta akun penggunanya dicuri dan dijual ke situs gelap (dark web). Insiden ini terjadi pada Juni 2021 lalu.
Sebanyak 538 juta akun juga terimbas kasus kebocoran data Sina Weibo pada Maret 2020. Kemudian, sebanyak 533 juta akun pengguna Facebook terekspos informasi pribadinya ke publik pada April 2019.
Berikut daftar kasus kebocoran data terbesar selama ini:
- Yahoo (2013) – 3 milliar akun
- Alibaba (2019) – 1,1 miliar akun
- LinkedIn (2021) – 700 juta akun
- Sina Weibo (2020) – 538 juta akun
- Facebook (2019) – 533 juta akun
- Marriot International (2018) – 500 juta pelanggan
- Yahoo (2014) – 500 juta akun
- Adult Friend Finder (2016) – 412,2 juta akun
- MySpace (2013) – 360 juta akun
- NetEase (2015) – 235 juta akun
(Baca: Ratusan Juta Data Perusahaan Global Bocor Sepanjang 2020)