Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) turun 16,5% dari 50.282 kasus pada 2019 menjadi 41.987 pada 2020. Sebaliknya, kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) megalami peningkatan 22,78% dari 7.036 pada 2019 menjadi 8.639 pada 2020.
Penderita HIV yang dilaporkan didominasi usia produktif dan tua. Penderita tertinggi berasal dari rentang usia 25 hingga 49 tahun dengan persentase 69,9% pada 2020. Kemudian disusul rentang usia 20 hingga 24 tahun sebesar 15,8% dan penderita HIV di atas 50 tahun sebesar 9,1%.
Sementara itu, sebanyak 2,9% penderita HIV berasal dari usia 15 hingga 19 tahun dan usia di bawah 4 tahun sebesar 1,5%. Terakhir, persentase terkecil penderita HIV yang dilaporkan terdapat pada usia 5 hingga 14 tahun sebesar 0,8%.
Adapun penderita AIDS yang dilaporkan terbanyak berasal dari usia produktif. Persentase tertinggi berasal dari rentang usia 30 hingga 39 tahun sebesar 33% dan 20 hingga 29 tahun sebesar 31%. Kemudian disusul usia 40 hingga 49 tahun sebesar 18,8% dan 50 hingga 59 tahun sebesar 8,3%. Penderita AIDS tertinggi selanjutnya berasal dari penduduk lanjut usia sebesar 2,5%.
Sementara usia minor yang menderita AIDS memiliki persentase sebesar 3,8% pada rentang usia 15 hingga 19 tahun, 5 hinga 14 tahun sebesar 1,2%, dan 1 hingga 4 tahun sebesar 0,9%. Terakhir, hanya 0,1% yang menderita AIDS pada anak usia di bawah satu tahun.
Orang yang terinfeksi HIV memerlukan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus HIV dalam tubuh. Virus yang tertekan tidak berpotensi menular kepada orang lain dan orang yang memiliki kualitas hidup yang baik.
Seseorang yang mengalami gejala HIV diperlukan penanganan sedini mungkin agar seseorang tidak jatuh pada HIV stadium lanjut (AIDS). Jika infeksi dapat diobat lebih cepat, maka dapat menurunkan risiko, seperti penurunan imun hingga kematian.
(Baca: Kasus HIV di Indonesia Terus Meningkat, AIDS Cenderung Turun)