Akses masyarakat terhadap layanan kesehatan mental di Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil survei Into The Light bersama Change.org, hanya 27% masyarakat di tanah air yang pernah mengakses layanan kesehatan mental. Itu pun dilakukan dengan berbagai macam pertimbangan.
Sebanyak 86% responden mempertimbangkan keterjangkauan biaya ketika memilih layanan kesehatan mental. Sebanyak 85% responden memilih layanan kesehatan digital yang menyediakan informasi secara daring.
Kemudian, sebanyak 73% responden memilih layanan kesehatan mental yang tenaga kesehatannya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
Ada 67% responden yang memilih layanan kesehatan karena pertimbangan lokasinya mudah dijangkau transportasi publik. Sementara, 65% responden memilih layanan kesehatan mental dengan reputasi pelayanan yang baik.
Pada saat ini, masyarakat tidak perlu khawatir untuk berobat terkait kesehatan mental. Sebab, BPJS Kesehatan telah menanggung konsultasi dan pengobatan terhadap gangguan kejiwaan tertentu secara gratis.
Selain itu, layanan kesehatan jiwa di puskesmas sudah terdapat di hampir semua kota besar Indonesia. Ini memudahkan masyarakat untuk menjangkau layanan kesehatan jiwa yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Adapun, Into The Light bersama Change.org melakukan survei terhadap 5.211 orang pada Mei hingga Juni 2021. Peserta survei berasal dari semua jenis kelamin, usia, kondisi disabilitas, ketertarikan seksual, dan status HIV.
(Baca: Tren Bunuh Diri di Indonesia Menurun Selama 20 Tahun Terakhir)