Keberadaaan lahan sawit tidak lantas menjamin kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan di 10 provinsi dengan laju pertambahan lahan sawit tertinggi antara tahun 2010-2018, pengeluaran masyarakat desa masih lebih besar untuk konsumsi makanan.
Menurut kajian Yayasan Madani Berkelanjutan, indikator pola konsumsi rumah tangga ini bisa menjadi indikator bagi kesejahteraan masyarakat. Semakin besar proporsi pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan, bisa dikatakan kesejahteraan masyarakat lebih baik karena kebutuhan makannya sudah terpenuhi.
Di 10 provinsi sentra sawit, konsumsi makanan masyarakat pedesaan masih lebih dominan. Terbesar di Aceh, konsumsi makanan masyarakat pedesaan sampai 63,38 persen. Sementara terkecil, konsumsi makanan masyarakat pedesaan di Kalimantan Timur mencapai 52,97 persen, masih terfokus untuk pemenuhan kebutuhan makan.