Menurut data Kementerian Kesehatan, pada 2018 Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan persentase balita stunting tertinggi nasional. yaitu 42,7 persen. Angka itu juga di atas persentase balita stunting nasional sebesar 30,8 persen.
Provinsi dengan persentase balita stunting tinggi selanjutnya adalah Sulawesi Barat (41,6 persen), Sulawesi Selatan (35,7 persen), Kalimantan Tengah (34 persen), dan Kalimantan Barat (33,3 persen).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, sebanyak 269.658 balita dari 633.000 balita di NTT tercatat mengalami stunting (berbadan pendek) dan 75.960 balita di antaranya mengalami wasting (kurus). Tingginya penderita balita stunting di NTT disebabkan oleh faktor gizi yang sangat kurang. Banyak ibu-ibu saat hamil tidak memberikan asupan gizi yang baik sehingga melahirkan anak dengan postur tubuh kerdil.
(Baca Selengkapnya: Cek Fakta, 1 dari 3 Balita di Indonesia Mengalami Stunting/Kerdil)
Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak, yang mengakibatkan tinggi badan lebih pendek dibanding anak-anak seusia yang sehat. Stunting merupakan kondisi serius yang terjadi saat seseorang tidak mendapatkan asupan bergizi dalam dalam jumlah yang tepat dalam waktu yang lama.
Rata-rata balita stunting di Indonesia melebihi batas maksimal balita stunting yang ditetapkan WHO yaitu 20 persen. Secara global, Indonesia menempati urutan kelima dunia untuk penderita stunting di bawah India dan Pakistan (Unicef, 2013).
Untuk mendapatkan data selengkapnya silahkan klik link ini