Perusahaan energi global, BP merilis “Energy Outlook 2020”. Dalam laporannya, BP memprediksi akan terjadinya pergeseran konsumsi energi. Pada 2050, sumber energi utama yang dikonsumsi berasal dari energi terbarukan, menggantikan minyak yang menjadi sumber utama pada 2018.
Saat 2050, BP memprediksi energi terbarukan (termasuk biofuel) akan mendominasi hingga 44% dalam skenario cepat (rapid). Sementara skenario net zero dan business as usual (BAU), konsumsi energi terbarukan mencapai 59% dan 22%. Padahal tahun 2018, energi tersebut hanya dikonsumsi 5% dibandingkan sumber energi lainnya.
(Baca: Permintaan Energi Terbarukan Diprediksi Terus Meningkat)
Prediksi berfokus pada tiga potensi skenario energi yang terbagi atas rapid, net zero, dan BAU. Skenario rapid atau transisi cepat menyerupai dengan net zero. Keduanya mengasumsikan, ketatnya kebijakan pemerintah terkait emisi dan naiknya harga karbon akan mempercepat pertumbuhan energi terbarukan. Hanya saja, skenario net zero mengasumsikan konsumen mengubah perilaku dan preferensi terhadap energi terbarukan.
Sementara skenario BUA berdasar pada kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, dan preferensi konsumen. Ketiga faktor itu akan berkembang namun dengan kecepatan yang sama seperti tahun-tahun belakangan. Sehingga tak akan banyak berubah antara kondisi sekarang dan mendatang.