Konsumsi kedelai nasional yang terus mengalami pertumbuhan dan tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan produksi domestik membuat pemerintah terpaksa terus mengimpor bahan makanan tersebut dari luar negeri. Melemahnya nilai tukar rupiah hingga Rp 14.800/dolar Amerika Serikat dapat berdampak terhadap harga kedelai domestik. Pasalnya lebih dari separuh kebutuhan kedelai domestik berasal dari impor.
Impor kedelai dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan. Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa impor kedelai sejak 2013-2017 mengalami kenaikan seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Untuk periode Januari-Juni 2018, impor kedelai telah mencapai 1,17 juta ton atau 43,7% dari total impor tahun sebelumnya.
Data Pusdatin Kementerian Pertanian mencatat konsumsi kedelai nasional pada 2016 mencapai 2,85 juta ton sementara produksi hanya 860 ribu ton. Sehingga neraca kedelai nasional mengalami defisit 1,99 juta ton. Berdasarkan proyeksi, konsumsi kedelai 2018 mencapai 3,05 juta ton sedangkan produksi hanya mencapai 864 ribu ton, sehingga terjadi defisit 2,19 juta ton. Defisit neraca kedelai akan terus meningkat menjadi 2,24 juta ton pada 2021.