Harga-harga saham di bursa Jakarta merupakan yang termahal kedua di Asia. Data Bloomberg menunjukkan bahwa rasio harga terhadap laba (Price Earning Ratio/PER) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Juli 2017 sebesar 24,73 kali. Angka ini hanya kalah dari PE rasio bursa Shenzhen, yakni 35,5 kali. Sementara di urutan ketiga adalah bursa Mumbay dengan PE rasio 23,68 kali.
Masuknya Indonesia ke level investment grade (layak investasi) dari lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s Global pada (19/5) memicu optimisme investor untuk terus melakukan akumulasi saham. Alhasil, indeks harga saham gabungan (IHSG) bursa Jakarta terus mendekati level 6.000 dan mencatat level tertingginya di 5.910,24 pada (3/7). Namun, pada perdagangan (10/7), IHSG kembali mengalami koreksi 43,29 poin (0,74 persen) ke level 5.771,51.
Secara teknikal dengan menggunakan indikator Relative Strength Index (RSI 14 harian), IHSG masih berada di level 50,61 dari skala 0-100, atau masih berada di arena normal. RSI mengindikasikan overbought (jenuh beli) jika berada di level 30 dan oversold (jenuh jual) jika berada di angka 70. Ini mengindikasikan bahwa IHSG masih berpotensi kembali naik mendekati level 6.000, tapi investor butuh konfirmasi dari laporan keuangan emiten semester I 2017 yang akan mulai dirilis mulai akhir bulan ini. Namun, bursa domestik bisa melanjutkan penurunan bila laba perusahaan justru di bawah ekspektasi.