Televisi masih menjadi pilihan utama para produsen untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat. Meskipun mahal, beriklan di televisi dianggap lebih tepat sasaran dibandingkan dengan media lainnya. Munculnya fenomena sosial media dan media online belum mampu menggantikan televisi sebagai sarana promosi utama para produsen. Sementara belanja iklan di media cetak, baik koran, majalah dan tabloid justru menunjukkan penurunan.
Data Nielsen advertising services menunjukkan bahwa belanja iklan televisi pada 2016 tumbuh 22 persen menjadi Rp 103,8 triliun. Sedangkan belanja iklan koran pada 2016 justru turun 4,6 menjadi Rp 29,4 triliun dari tahun sebelumnya. Demikian pula belanja iklan majalah dan tabloid juga turun 15,8 persen menjadi Rp 1,6 triliun dari tahun sebelumnya. Total belanja iklan televisi, koran, majalah dan tabloid pada 2016 tumbuh 14 persen menjadi Rp 134,8 triliun. Sekitar 77 persennya merupakan belanja iklan televisi.
Monitoring belanja iklan yang dilakukan Nielsen meliputi 15 stasiun televisi nasional, 99 surat kabar, serta 123 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung adanya diskon, promo, bonus dan lainnya.