Untuk pertama kalinya nilai tukar rupiah pada 2016 berhasil mencatat penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak 2011. Pada transaksi 22 Desember 2016, nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg di pasar spot ditutup pada level Rp 13.469 per dolar AS, yang berarti terapresiasi 2,31 persen dari posisi akhir Desember 2015, yakni Rp 13.788 per dolar Amerika. Ekonomi yang masih tumbuh sekitar 5 persen dan terkendalinya laju inflasi mampu menopang penguatan rupiah terhadap mata uang Amerika.
Nilai tukar rupiah sejak 1996-2016 mengalami tren pelemahan terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Pada akhir 1996, nilai tukar rupiah masih di angka Rp 2.363 per dolar AS, namun pada akhir 2016 telah berada di level Rp 13.469 per dolar Amerika, yang berarti telah mengalami depresiasi 670 persen atau rata-rata sekitar 12 persen per tahun.
Pada 1997, nilai tukar rupiah terdepresiasi 128,7 persen menjadi Rp 5.403 per dolar AS dari posisi akhir 1996. Pelemahan rupiah ini merupakan yang terdalam sepanjang sejarah. Kemudian diikuti pada 1998 juga terdepresiasi 48 persen saat terjadi krisis finansial Asia atau yang sering disebut dengan krisis moneter.