Dalam sedekade terakhir, tren impor susu Indonesia berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2013 Indonesia mengimpor susu, krim, serta produk susu selain mentega dan keju (golongan Standard International Trade Classification/SITC 022) sekitar 334 ribu ton.
Kemudian volume impornya berangsur-angsur naik hingga konsisten melampaui 400 ribu ton sejak 2018.
Pada 2023 volume impornya juga mencapai 420 ribu ton, turun dibanding 2021-2022, tapi masih tergolong tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, selama periode 2013-2023 volume impor susu Indonesia tumbuh sekitar 26%.
(Baca: Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia Kian Berkurang)
Adapun kini Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana membatasi impor susu, supaya pabrik pengolahan susu bisa meningkatkan serapan susu hasil produksi peternak lokal.
"Jika industri pengolah susu menolak, kami akan cabut izin impor mereka selamanya. Ini ketegasan kami dari pemerintah untuk melindungi peternak," kata Amran, disiarkan Katadata, Senin (11/11/2024).
Namun, Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) mengkritisi rencana pembatasan impor tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif AIPS Sonny Effendhi, pabrik tidak menyerap susu peternak lokal karena kualitasnya kerap tidak memenuhi standar.
"[Susu peternak lokal] enggak sesuai dengan standar food safety, keamanan pangan, sehingga enggak bisa diterima," kata Sonny, disiarkan CNN Indonesia, Senin (11/11/2024).
(Baca: Indonesia Berpotensi Kekurangan Produksi Susu sampai 2026)