Infrastruktur menjadi salah satu indikator penting untuk mendistribusikan produk atau barang dalam rantai perdagangan suatu negara. Infrastruktur yang baik dan terintegrasi akan memudahkan proses pendistribusian barang dan membuat kerja lebih efisien.
Bank Dunia (World Bank) membagikan skor infrastruktur pendukung kinerja logistik terhadap 139 negara di dunia. Skala penilaian yang diberikan 0-5. Semakin tinggi skornya, semakin baik infrastrukturnya sehingga membantu kinerja logistik negara tersebut lebih baik.
Negara yang mengantongi skor infrastruktur tertinggi adalah Singapura, dengan capaian 4,6 poin. Dengan jarak cukup jauh di posisi kedua, ada Swiss yang mendapat skor 4,4 poin.
Selanjutnya diisi oleh Jerman dan Kanada dengan perolehan skor yang sama, yakni 4,3 poin.
Setelahnya, ditempati oleh Finlandia, Belanda, Swedia, Jepang dengan skor yang sama, yakni 4,2 poin.
Sisanya diisi oleh Denmark dan Belgia yang kompak mendapat skor 4,1 poin.
Bagaimana posisi Indonesia?
Sangat disayangkan nilai Indonesia begitu jauh dari jawara-jawara yang disebutkan di atas. Indonesia hanya mengantongi skor sebesar 2,9 poin.
Dalam konteks yang lebih luas, skor infrastruktur ini dipakai sebagai indikator dalam skor kinerja logistik internasional atau lebih dikenal Logistics Performance Index (LPI).
LPI digunakan sebagai alat pembanding untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam kinerja logistik, utamanya untuk mengembangkan sektor perdagangan negara yang bersangkutan.
Mereka yang mendapat skor infrastruktur tertinggi ini juga memiliki skor LPI yang cukup baik, yakni di atas 3 poin. Akan tetapi, Bank Dunia memberi catatan bahwa bisa jadi suatu negara mengantongi skor infrastruktur yang baik, di indikator yang lain kurang baik sehingga berpengaruh terhadap skor final LPI.
Selain infrastruktur terhadap perdagangan dan transportasi, ada lima indikator lainnya yang dipakai sebagai alat analisis LPI oleh Bank Dunia.
Pertama, efisiensi bea cukai dan izin pengelolaan perbatasan. Kedua, kemudahan mengatur pengiriman jalur internasional dengan harga murah atau bersaing.
Ketiga, penilaian terhadap kompetensi dan kualitas layanan logistik. Keempat, kemampuan untuk melacak kiriman. Kelima, ketepatan waktu pengiriman. Total ada 6 indikator yang dipakai oleh Bank Dunia.
"Indikator dipilih berdasarkan penelitian teoretis dan empiris serta pengalaman praktis para profesional logistik yang terlibat dalam pengiriman barang internasional," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
LPI menggunakan teknik statistik standar untuk mengumpulkan data menjadi satu indikator, mengubah informasi kualitatif menjadi kuantitatif, sebelum menggabungkan dan memberi bobot penilaian.
(Baca juga: 10 Negara dengan Skor Kinerja Logistik Tertinggi 2023, Singapura Juara!)