Produktivitas bongkar muat di terminal peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) turun tajam pada Maret ini. Terminal kontainer terbaik di Asia untuk kategori kapasitas di bawah 4 juta TEUs ini hanya mampu mengerek 22 kontainer per jam. Padahal, normalnya satu crane (gross crane rate/GCR) bisa memindahkan 28-30 kontainer per jam.
Awal tahun ini, crane JICT sebetulnya bisa mengerek hingga 28,4 kontainer per jam, lebih tinggi dari posisi akhir tahun lalu 27,2 kontainer per jam. Namun pada Maret lalu, kinerjanya kembali menyentuh level terendah tahun ini. Produktivitas tertinggi JICT terjadi pada Maret 2015 ketika dapat mengerek 29,8 kontainer per jam, meski akhirnya anjlok menjadi 18,5 kontainer pada Agustus 2015. Secara year on year (Maret 2015-Maret 2016), produktivitas JICT turun 26%.
Nilai ekspor-impor Indonesia yang turun sejak Januari tahun ini karena pengaruh perlambatan ekonomi global turut menekan kinerja terminal peti kemas, termasuk JICT. Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor Indonesia pada Januari lalu turun 11,88% menjadi US$10,50 miliar, sedangkan impor terkoreksi 13,48% menjadi US$10,45 miliar.
Performa JICT makin terpengaruh kisruh antara manajemen PT Pelindo II dengan serikat pekerja yang terjadi sejak akhir tahun lalu terkait dengan protes perpanjangan kontrak dengan Hutchison Port Holdings Limited (HPH). JICT adalah perusahaan patungan antara Pelindo II dengan HPH.