Mobil listrik hidrogen—yang umum disebut fuel cell electric vehicle (FCEV)—adalah mobil yang menggunakan hidrogen sebagai sumber energinya.
Teknologi fuel cell dalam FCEV mampu mengubah energi kimia dari hidrogen menjadi energi listrik, yang kemudian disalurkan untuk menggerakkan mesin.
Berbeda dengan mobil listrik tipe baterai yang membutuhkan pengecasan, sumber energi FCEV tersimpan dalam tangki hidrogen yang bisa diisi seperti layaknya mengisi bensin.
Namun, tak seperti pembakaran bensin yang menghasilkan emisi karbon, pemanfaatan energi hidrogen dalam FCEV hanya menghasilkan buangan berupa uap dan air.
Hal tersebut menjadikan FCEV sebagai alternatif alat transportasi yang ramah lingkungan.
Menurut lembaga riset energi terbarukan asal Korea Selatan, SNE Research, selama periode 2017-2022 popularitas mobil listrik hidrogen ini menguat, terlihat dari volume penjualannya yang bergerak naik.
Namun, pada 2023 volume penjualan FCEV global hanya 14,45 ribu unit, turun sekitar 30% dibanding 2022 (year-on-year).
"Alasan utama penurunan tersebut adalah anjloknya penjualan FCEV di Korea Selatan, yang sebelumnya merupakan pangsa pasar FCEV nomor satu pada 2022," kata tim SNE Research dalam siaran persnya (15/2/2024).
"Karena meningkatnya biaya pengisian hidrogen, adanya insiden kerusakan, dan kurangnya infrastruktur pengisian hidrogen, FCEV kehilangan daya tarik di pasar kendaraan ramah lingkungan," kata mereka.
Namun, SNE Research memproyeksikan penjualan FCEV bisa menguat lagi pada 2024, seiring dengan adanya pembangunan infrastruktur pengisian hidrogen di China, serta peluncuran model FCEV baru dari sejumlah pabrikan besar seperti Toyota, Honda, dan Hyundai.
(Baca: Ini Negara dengan Investasi Terbesar untuk Energi Hidrogen)