Catatan PT KAI Commuter Indonesia atau KCI menunjukkan, sedikitnya 29 kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek bakal 'pensiun'. Rinciannya, 10 kereta pada 2023 dan 19 kereta pada 2024.
Untuk menambal pergantian kereta yang sudah masuk masa tua, KCI harus melakukan pengadaan. Ada dua jenis investasi pengadaan, di antaranya membeli rangkaian kereta baru buatan dalam negeri dan juga pengajuan rencana impor KRL bekas dari Jepang.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan 16 rangkaian KRL sudah dipesan dari PT Industri Kereta Api (INKA). Ini sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas angkut ke depan.
Sayangnya, rangkaian kereta baru tersebut tersedia pada 2025-2026. "Karena membuat kereta baru itu kan membutuhkan waktu yang cukup lama," ujarnya saat ditemui Katadata.co.id di Stasiun Juanda, Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Sementara investasi kedua adalah mengajukan rencana impor KRL bekas dari Jepang sebanyak 10 unit pada 2023.
Anne mengatakan, biaya pengandaan KRL baru dan impor KRL bekas tersebut berbeda. Sebanyak 16 KRL baru butuh dana Rp16 triliun. Sementara impor 10 KRL bekas dianggarkan Rp150 miliar.
"Tetapi yang perlu digarisbawahi, ini tidak bisa apple to apple. Karena kalau kereta bekas itu sudah digunakan 20-30 tahun," ujar Anne.
Perbedaan kedua jenis produk itu adalah KRL bekas masih bisa digunakan sekitar 15 tahun lagi. Sementara KRL baru bisa digunakan puluhan tahun.
(Baca juga: Ada Seribu Perjalanan KRL Jabodetabek Tiap Hari, Ini Jalur Paling Ramai)
Tampaknya, pengadaan impor KRL belum mendapat restu dari pemerintah.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu melakukan impor gerbong KRL karena industri kereta api nasional mampu memproduksi semua kebutuhan kereta di dalam negeri.
“PT Industri Kereta Api (INKA) bisa membuat itu semua, kenapa kita harus impor gerbang kereta api bekas dari Jepang. Katanya bangga beli buatan Indonesia. Bangladesh saja membeli produk kereta kita sampai Rp1,3 triliun,” kata Dody kepada Antara di Jakarta, Senin (27/2/2023).
Belum ada kejelasan terkait rencana pengadaan KRL ini dikhawatirkan bisa berdampak kepada penumpang.
Pengamat Kebijakan Publik PH&H Public Policy Interest Group Agus Pambagio mengatakan, nasib 200 ribu penumpang KRL bakal berada di ujung tanduk. Kemungkinan penumpukan penumpang akan terjadi karena kekurangan armada.
"Kekacauan di Stasiun Manggarai karena salah mendesain posisi eskalator dan lift yang menimbulkan penumpukan penumpang saja telah membuat Presiden marah. Bagaimana kalau 200 ribu penumpang lebih per hari yang menumpuk karena kurang armada," kata Agus melalui keterangan tertulisnya kepada Databoks.
(Baca juga: Tren Pengguna KRL Commuter Line Cenderung Meningkat Sepanjang 2022)