Ada dua jenis "mobil listrik" yang banyak beredar di pasaran Indonesia, yaitu battery electric vehicle (BEV) dan hybrid electric vehicle (HEV).
Mesin penggerak mobil BEV sepenuhnya berbasis energi baterai, yang dayanya diisi ulang menggunakan jaringan listrik rumah atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Berbeda dengan mobil hybrid atau HEV yang memiliki dua jenis mesin penggerak, yaitu mesin konvensional berbahan bakar bensin, plus mesin berbasis baterai listrik.
Pada 2022 tren mobil listrik baterai/BEV di Indonesia sempat lebih tinggi dibanding mobil hybrid/HEV.
Namun, pada 2023 tren HEV tumbuh sangat pesat, hingga jauh mengalahkan BEV. Hal ini terlihat dari angka penjualan produsen ke distributor (wholesale) mobil-mobil tersebut.
Berdasarkan data Gaikindo, pada 2023 penjualan wholesale HEV di pasar domestik mencapai 52,56 ribu unit, melonjak 930,65% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Di sisi lain, penjualan wholesale BEV pada 2023 hanya 17,06 ribu unit dengan tingkat pertumbuhan 65,2% (yoy).
(Baca: Minyak Indonesia Habis 18 Tahun Lagi, Batu Bara Lebih Lama)