Berdasarkan laporan yang dihimpun perusahaan layanan keamanan siber Amerika Serikat, Surfshark, terdapat 43,19 juta akun di dunia yang mengalami kebocoran data pada kuartal I 2023. Jumlah tersebut menurun 43,8% dari rata-rata pelanggaran tahunan (year-on-year/yoy), sebesar 76,8 juta akun pada 2022.
Surfshark melaporkan, Rusia jadi negara dengan kasus kebocoran data paling banyak di dunia hingga akhir Maret 2023. Tercatat sebanyak 6,82 juta pelanggaran kebocoran data.
Amerika Serikat menyusul di urutan kedua sebagai negara yang paling banyak mengalami kebocoran data di tiga bulan pertama 2023, yaitu sebanyak 5,12 juta pelanggaran.
Adapun Taiwan dan Prancis yang berada di posisi ketiga dan keempat dengan total kasus kebocoran data masing-masing sebanyak 3,9 juta dan 3,2 juta kasus pelanggaran.
Kemudian negara-negara lainnya juga turut mengalami kebocoran data dengan angka yang cukup tinggi. Seperti Spanyol, India, Republik Ceko, Korea Selatan, Italia, dan Jepang dengan jumlah kasus seperti pada grafik.
"Pada kuartal I-2023, ada 333 akun yang dibobol setiap menit. Namun pada kuartal II-2023, tingkat pelanggaran meningkat 201,3% lebih tinggi dengan 1.004 akun yang dibobol setiap 60 detik," tulis Surfshark dalam laporannya.
Meskipun begitu, laporan Surfshark menyebutkan jika kebocoran data yang terjadi di kuartal I-2023 jadi pelanggaran yang paling sedikit selama beberapa tahun terakhir.
Berikut daftar negara dengan jumlah kasus pelanggaran kebocoran data terbanyak hingga kuartal I 2023:
- Rusia-6.832.018 pelanggaran
- Amerika Serikat-5.212.646 pelanggaran
- Taiwan-3.996.156 pelanggaran
- Prancis-3.210.298 pelanggaran
- Spanyol-3.121.704 pelanggaran
- India-2.412.302 pelanggaran
- Republik Ceko-2.005.222 pelanggaran
- Korea Selatan-1.229.862 pelanggaran
- Italia-956.446 pelanggaran
- Jepang-809.986 pelanggaran
(Baca juga: Ini Sederet Kerugian yang Dialami Publik Akibat Kebocoran Data Finansial)