Laba emiten media layar kaca diprediksi masih cerah hingga 2019. Riset dari Citi Research Equity tentang broadcasting Indonesia menunjukkan bahwa laba emiten media televisi masih akan tumbuh. Pada 2017, laba PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) diproyeksikan akan tumbuh 58,4 persen menjadi Rp 648 miliar. Demikian pula laba PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) juga naik 22,28 persen menjadi Rp 1,67 triliun, serta PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) labanya juga meningkat 14,86 persen menjadi Rp 1,72 triliun.
Harga saham VIVA pada 26 April 2017 ditutup di level Rp 394 per saham. Sehingga secara valuasi, saham VIVA sudah cukup mahal dimana rasio harga terhadap laba (PER) sudah mencapai 10 kali meski masih di bawah PE sektoralnya, yakni 19,8 kali. Kemudian saham MNCN, di harga Rp 1.760, rasio PE nya telah mencapai 14,3 kali. Demikian pula saham SCMA, dengan harga Rp 2.890, maka rasio PE nya mencapai 24,5 kali, lebih besar dari PE sektoralnya serta PE Bursa Efek Indonesia yang sebesar 23,68 kali.
Kepemirsaan televisi di Indonesia masih tinggi, baik untuk masyarakat usia muda maupun tua. Selain kemasan acara-acara ditelevisi semakin menarik, televisi juga masih dianggap oleh para produsen sebagai media untuk mengenalkan produknya. Sehingga pangsa pasar iklan media televisi masih cukup besar meski muncul fenomena media digital.