ECDB, lembaga riset e-commerce dari Jerman, menganalisis dan memproyeksikan pangsa pasar e-commerce global hingga 2028.
Terdapat tahun-tahun dengan proporsi yang tak begitu naik signifikan bahkan sempat melambat.
Rinciannya, pangsa e-commerce pada 2018 mencapai 9,6% dari total pasar ritel global. Angkanya meningkat menjadi 10,7% pada 2019.
Memasuki tahun pandemi Covid-19, kenaikan pangsanya cukup signifikan, menjadi 14,2% pada 2020 dan 16,1% pada 2021.
Namun, pangsa menjadi turun pada 2022, menjadi 15,5%. Angkanya kemudian naik lagi menjadi 16,3% pada 2023.
ECDB kemudian memproyeksikan 2024 pangsanya menjadi 17,3%. Setelahnya, proyeksi kerap naik meski dalam kisaran 1%. Proyeksi meningkat menjadi 21% pada 2028.
Sebagai catatan, ECDB tak memberi rincian perbedaan tahun yang dihitung secara riil dengan yang diproyeksikan.
Sebelumnya, ECDB menyebut Indonesia menjadi negara dengan proyeksi pertumbuhan e-commerce tertinggi di dunia pada 2024. Tingkat pertumbuhannya menyentuh 30,5%.
Proyeksi itu lebih tinggi hampir tiga kali lipat dari rerata global yang sebesar 10,4%.
ECDB juga mengkalkulasikan, total penjualan ritel online dari 150 negara yang diteliti mencapai hampir US$2,2 triliun pada 2023. Pasar e-commerce global dirajai oleh China dengan pendapatan diperkirakan sebesar US$2,17 triliun pada 2023.
Proyeksi ini dibuat dengan menggunakan berbagai teknik yang disesuaikan dengan perilaku pasar. Faktor pendorong yang turut dihitung di antaranya produk domestik bruto (PDB) per kapita, belanja konsumen per kapita, penetrasi internet, dan populasi negara.
(Baca juga: Proyeksi Pertumbuhan e-Commerce Indonesia Tertinggi Sedunia pada 2024)