Aplikasi pesan instan MiChat asal Singapura kerap dikaitkan dengan prostitusi online. Pasalnya, ada sejumlah kasus pengguna MiChat di Indonesia yang tertangkap menggunakan media sosial itu untuk transaksi hubungan seksual.
Berdasarkan data SimilarWeb, secara global situs MiChat menarik 114,3 ribu kunjungan pada Oktober 2022. Mayoritas pengunjung MiChat berasal dari kelompok usia 18-24 tahun alias Gen Z, dengan persentase mencapai 37,45%.
Pengunjung MiChat terbesar berikutnya berasal dari kelompok usia 25-34 tahun (32,91%), dan diikuti kelompok usia 35-44 tahun (14,41%). MiChat juga memiliki pengguna yang berusia di atas 45 tahun, meski persentasenya tidak sebesar pengguna yang lebih muda.
Indonesia menempati peringkat teratas sebagai negara pengguna MiChat terbesar secara global, yakni 83,37%. Situs pesan instan ini juga banyak dikunjungi oleh pengguna di Prancis (5,96%), Argentina (4,25%), Malaysia (2,52%), dan Amerika Serikat (2,19%).
Terkait dengan kasus prostitusi di Indonesia, seksolog klinis Zoya Amirin menilai praktik prostitusi online seperti yang terdapat di MiChat memiliki risiko, terutama bagi remaja.
"Hubungan seks pertama di bawah usia 20 tahun bisa berpotensi terkena kanker serviks, apalagi yang hamil di bawah 20 tahun. Biarpun nanti digugurkan dan sebagainya, tetap berpotensi terkena kanker serviks. Itu bagi yang perempuan,” ujar Zoya, dilansir Kumparan.com, Sabtu (19/11/2022).
Sementara pada laki-laki, Zoya mengatakan, bahaya yang bisa mengintai adalah penyakit menular seksual. Menurut dia, prostitusi online cenderung lebih sulit dikontrol pemerintah karena menggunakan media percakapan pribadi.
(Baca: Indonesia Negara Pengguna MiChat Terbesar Sedunia)