Menurut laporan Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), setidaknya ada 299 kasus serangan digital di Indonesia sepanjang kuartal III atau Juli-September 2025.
SAFEnet mengatakan, kuartal III ini menjadi periode terburuk sejak awal 2025, karena jumlah serangan digital bertambah 130 insiden dibanding kuartal II, serta bertambah 219 insiden dibanding periode serupa tahun lalu.
Pada kuartal III 2025, serangan digital paling banyak menyasar kelompok warga dengan jumlah 65 insiden.
Korban terbesar berikutnya dari kelompok pelajar dan mahasiswa dengan jumlah 64 insiden.
"Pada warga, tercatat 15 kasus penyedotan data, 15 penyitaan perangkat, dan 8 pengancaman. Sementara pada pelajar dan mahasiswa terdapat 20 kasus pengancaman, 12 pemerasan, dan 7 peretasan," kata SAFEnet dalam laporannya.
Pegawai swasta menjadi target insiden serangan digital terbanyak ketiga, dengan kasus berupa pengancaman, pemerasan, doxing, impersonasi, dan penangguhan akun.
Berikutnya ada staf organisasi masyarakat sipil (OMS) dan aktivis, yang mengalami serangan berupa penyitaan perangkat, penyedotan data, dan pengancaman.
Berikut rincian jumlah serangan digital di Indonesia pada kuartal III 2025 berdasarkan latar belakang korban, menurut data SAFEnet:
- Warga: 65 insiden
- Pelajar/mahasiswa: 64 insiden
- Pegawai swasta: 54 insiden
- Staf OMS/aktivis: 26 insiden
- Pekerja kreatif: 19 insiden
- OMS: 14 insiden
- Jurnalis/pekerja media: 10 insiden
- Lembaga publik: 10 insiden
- Akademisi: 8 insiden
- Pengusaha/wiraswasta: 6 insiden
- Pesohor: 6 insiden
- Pegawai pemerintah: 5 insiden
- Perusahaan swasta: 5 insiden
- Pengacara: 3 insiden
- Media: 2 insiden
- Organisasi mahasiswa: 2 insiden.
(Baca: Instagram, Media Utama Serangan Digital di Indonesia Kuartal III 2025)