Menurut pantauan AwanPintar.id, sepanjang tahun 2024 ada sekitar 5,7 miliar serangan siber yang terdeteksi di Indonesia, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.
Di kategori serangan dalam negeri, mayoritas atau 48,58% berasal dari Jakarta.
"Serangan dalam negeri merupakan ancaman yang berasal dari dalam negeri, yang berasal dari suatu daerah ke daerah lain dalam lingkup Nusantara," kata AwanPintar.id dalam Laporan Ancaman Digital di Indonesia edisi Februari 2025.
"Namun, serangan semacam ini bisa juga menjadi serangan kamuflase, yakni serangan datang dari luar Indonesia yang memanfaatkan IP lokal untuk melakukan serangan ke daerah lain yang ada di Indonesia," lanjutnya.
(Baca: Situs Pemerintah, Target Utama Peretasan di Indonesia)
Menurut AwanPintar.id, hal ini dipengaruhi posisi Jakarta sebagai daerah dengan perkembangan teknologi paling maju di skala nasional.
"Tidak heran apabila kemudian Jakarta selalu menjadi posisi pertama, termasuk sebagai daerah yang paling sering melakukan serangan siber ke daerah lain," kata AwanPintar.id.
"Situasi dan kondisi yang ideal tersebut merupakan tempat yang nyaman juga bagi pelaku kejahatan siber untuk melakukan aksi-aksi ilegal digital," lanjutnya.
Di posisi kedua ada Bandung yang menyumbang 6,26% dari total serangan siber dalam negeri, diikuti Surabaya 1,51%, Malang 1,09%, dan Bekasi 1%.
Ada pula serangan siber dari Depok, Bogor, Tangerang, Makassar, Semarang, dan daerah-daerah lainnya dengan porsi kurang dari 1%, seperti terlihat pada grafik.
Beberapa jenis serangan siber yang banyak terdeteksi di Indonesia adalah generic protocol command decode, attempted administrator privilege gain, misc activity, hingga suspicious traffic.
AwanPintar.id mengumpulkan data ini menggunakan teknologi detektor yang tersebar di jaringan internet Indonesia.
Tiap detektor memiliki alamat IP publik dan fungsi spesifik yang membuatnya menjadi target serangan, sehingga setiap serangan dapat dihimpun dan dianalisis.
(Baca: Tren Kebocoran Data Indonesia, Turun pada Akhir 2024)