Berdasarkan laporan firma riset Canalys, volume pengiriman ponsel pintar atau smartphone di pasar Asia Tenggara mencapai 25 juta unit pada kuartal III 2024, meningkat 15% dibanding kuartal III tahun lalu (year-on-year/yoy).
Menurut analis Canalys, Sheng Win Chow, pertumbuhan ini diiringi oleh penurunan harga jual rata-rata.
"Penurunan harga ini utamanya disebabkan oleh banyaknya peluncuran baru dan kejenuhan perangkat di segmen harga rendah hingga menengah," kata Sheng Win Chow dalam laporannya, Senin (11/11/2024).
Ia menilai, produsen smartphone kesulitan melakukan diferensiasi harga sehingga bergantung pada promosi dan diskon.
Pada kuartal III 2024 Oppo menguasai 21% pangsa pasar smartphone Asia Tenggara dengan volume pengiriman 5,1 juta unit, melonjak 29% dibanding kuartal III tahun lalu (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh model entry level yang telah di-rebranding.
Berikutnya ada Samsung yang pengiriman ponsel pintarnya terkoreksi 2% (yoy) menjadi 4,1 juta unit.
Kemudian diikuti smartphone pabrikan China yaitu Transsion yang melonjak 46% (yoy) menjadi 4 juta unit; Xiaomi tumbuh 20% (yoy) menjadi 3,9 juta unit; serta Vivo turun 2% (yoy) menjadi 2,6 juta unit.
Sementara gabungan volume pengiriman smartphone merek-merek lainnya di Asia Tenggara mencapai 5,3 unit atau naik 8% (yoy).
Estimasi volume pengiriman smartphone Xiaomi yang dicatat Canalys termasuk sub-merek POCO dan Redmi. Lalu Transsion termasuk TECNO, Infinix, dan iTel.
(Baca: 10 Smartphone Murah Terlaris Global, Banyak Merek China)