Menurut laporan JakPat, dari sekitar 2 ribu orang Indonesia yang disurvei, ada 34% yang berjualan di e-commerce.
"Sebagian besar penjual ini menganggapnya sebagai pekerjaan sampingan. Separuhnya menjual produk mereka sendiri, dan sisanya adalah reseller atau dropshipper," tulis JakPat dalam laporan All About Online Selling Habit (2024).
>
Kelompok pedagang ini menghadapi beragam hambatan dalam berjualan di e-commerce.
Mayoritas atau 45% menyatakan hambatan utamanya adalah kekurangan modal.
Kemudian 38% merasa kekurangan permintaan pasar, 32% terkendala akses internet yang buruk, dan 29% terhambat layanan pengiriman yang terbatas.
"Layanan pengiriman terbatas adalah masalah yang paling banyak dialami oleh penjual di luar Jawa," tulis JakPat.
Ada pula 15% yang penjualan online-nya terhambat lantaran kekurangan tenaga kerja terampil.
Survei Jakpat ini melibatkan 2.336 responden, kemudian dikerucutkan menjadi 803 responden yang mengaku berjualan online.
Mayoritas responden berada di Pulau Jawa non-Jabodetabek (49%) dan Jabodetabek (34%), sedangkan di luar Pulau Jawa lebih sedikit (16%).
Responden dari kalangan generasi milenial sebanyak 40%, gen Z 40%, dan gen X 20%.
Survei dilakukan secara online pada 19-20 Maret 2024 melalui aplikasi Jakpat, dengan margin error di bawah 5%.
(Baca: Penjualan Makanan di E-Commerce Indonesia Meningkat 2019-2023)