Tren adopsi layanan komputasi awan alias cloud di lembaga publik Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil survei lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menunjukkan bahwa hanya 30% dari 169 lembaga publik di Indonesia yang mengadopsi layanan cloud.
Pemerintah pusat memiliki tingkat adopsi cloud tertinggi. Persentasenya mencapai 71,4%. Diikuti oleh universitas sebanyak 34%, pemerintah daerah 25,4%, dan rumah sakit 8,8%.
Kemudian, sebanyak 39,6% lembaga publik mengatakan belum menggunakan layanan cloud tapi berencana menggunakannnya.
“Namun, peluang adopsi cloud computing di sektor publik Indonesia ke depannya cukup baik, melihat hampir dari 40% institusi publuk memiliki rencana untuk mengadopsi di masa depan,” demikian dikutip dari laporan tersebut.
Sementara itu, 30,2% lembaga publik mengatakan belum menggunakannya dan tidak tahu bakal menggunakan cloud atau tidak di masa yang akan datang.
Survei itu menunjukkan bahwa alasan utama lembaga publik Indonesia menggunakan cloud adalah untuk meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan produktivitas organisasi, memperbaiki koordinasi informasi, dan fleksibiltas perubahan skala sumber daya.
Adapun survei ini dilakukan pada 21 Februari hingga 11 Maret 2022 di lima wilayah di Indonesia, di antaranya yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Gorontalo. Survei dilakukan terhadap 169 sampel lembaga publik. Rinciannya, sebanyak 21 sampel berasal dari pemerintah pusat, 67 sampel dari pemerintah daerah, 47 sampel dari sektor pendidikan, dan 34 sampel dari sektor kesehatan.
(Baca: Amazon Pimpin Pasar Cloud Global pada Kuartal II 2022)