Kedua smelter yang selesai tahun lalu merupakan fasilitas pemurnian nikel. Smelter PT Cahaya Modern Metal Industry mengolah bijih nikel menjadi nickel pig iron dan PT Halmahera Persada Lygend menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP).
Jumlah smelter di Indonesia meningkat dari 10 smelter pada 2015 menjadi 21 pada 2021. Peningkatan jumlah smelter terbalik di Tanah Air terjadi pada 2017, dengan tambahan 4 smelter.
Pemerintah menargetkan ada 7 smelter tambahan pada 2022, 3 dari 7 smelter sudah memiliki progres di atas 98%. Salah satu smelter yang akan selesai adalah milik BUMN Aneka Tambang (Antam) yang menghasilkan feronikel. Progres smelter Antam tersebut sudah mencapai 99,7%.
Fasilitas pemurnian nikel dalam negeri menjadi penting sejak pemerintah melarang ekspor bijih nikel sejak Januari 2020. Kebijakan larangan ekspor ini bertujuan agar nilai tambah ekspor nikel dalam negeri lebih tinggi.