Laporan United States Geological Survey (USGS) memperkirakan volume produksi tembaga global mencapai 22 juta metrik ton pada 2023. Angka ini naik tipis 0,45% secara tahunan (year-on-year) dari 2022 yang sebesar 21,9 juta metrik ton.
Chili menjadi negara produsen tembaga terbesar global dengan estiasi volume 5 juta metrik ton pada 2023. Angka ini turun dari produksi sebelumnya sebesar 5,33 juta metrik ton pada 2022.
Sementara produksi pemurnian tembaganya sebanyak 2 juta metrik ton. USGS juga menyebut, Chili punya cadangan tembaga hingga 190 juta metrik ton.
Urutan kedua ada Peru dengan prediksi volume sebesar 2,6 juta metrik ton pada 2023. Angka ini naik dari 2022 yang sebesar 2,45 juta metrik ton.
Selisih tipis dengan Peru, ada Kongo di posisi ketiga dengan volume 2,5 juta metrik ton pada 2023. Bobot ini naik dari 2022 yang sebesar 2,35 juta metrik ton.
Keempat ada China sebesar 1,7 juta metrik ton, disusul Amerika Serikat di posisi kelima sebesar 1,1 juta metrik ton.
Di luar negara-negara tersebut, volume produksinya di bawah 1 juta metrik ton.
Indonesia masuk daftar 10 besar ini, tepatnya di posisi ketujuh dengan estimasi volume sebesar 840 ribu metrik ton pada 2023. Angkanya turun dari 2022 yang sebesar 941 ribu metrik ton.
USGS menjabarkan, Indonesia diprediksi punya kapasitas pemurnian tembaga sebesar 200 ribu metrik ton. Sementara cadangan tembaganya menyentuh 24 juta metrik ton.
Sisanya ada Rusia, Australia, Zambia, hingga Meksiko seperti terlampir pada grafik.
(Baca juga: Ini Rencana Kapasitas Produksi Komoditas Mineral Indonesia pada 2024)