Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi penduduk Indonesia.
Meski demikian, produksi bahan baku tempe dan tahu ini belum cukup untuk memenuhi kebutuan di dalam negeri. Sehingga, Indonesia banyak mengimpor kedelai dari berbagai negara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor kedelai mencapai 2,32 juta ton pada 2022. Angka ini turun 6,45% (year-on-year/yoy) dari 2021 yang sebanyak 2,48 juta ton.
Volume impor kedelai ini mencatatkan rekor terendah dalam enam tahun terakhir.
Pada 2022, Indonesia paling banyak mengimpor kedelai dari Amerika Serikat, dengan volume 1,92 juta ton. Jumlah ini setara 82,75% dari total impor kedelai nasional.
Posisi kedua ditempati oleh Kanada dengan volume impor kedelai sebanyak 287,99 ribu ton. Kemudian, posisinya diikuti oleh Argentina dengan volume impor sebesar 60,82 ribu ton.
Kemudian, ada pula Brasil dan Kanada yang memasok impor kedelai ke Indonesia masing-masing 41,73 ribu ton dan 5,2 ribu ton. Sementara, negara lainnya yang memasok impor kedelai ke Tanah Air hanya 895,8 ton.
Adapun dari segi nominalnya, nilai impor kedelai pada 2022 mencapai US1,62 miliar. Angka ini justru naik 9,45% dari tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar US$1,48 miliar.
Berikut rincian volume dan nilai impor kedelai Indonesia berdasarkan asal negaranya pada 2022:
- Amerika Serikat
Volume: 1,92 juta ton
Nilai: US$ 1,36 miliar
- Kanada
Volume: 287,99 ribu ton
Nilai: US$ 186,66 juta
- Argentina
Volume: 60,82 ribu ton
Nilai: US$42,98 juta
- Brazil
Volume: 41,73 ribu ton
Nilai: US$ 26,76 juta
- Malaysia
Volume: 5,2 ribu ton
Nilai: US$ 2,73 juta
- Negara lainnya
Volume: 895,8 ton
Nilai: US$ 612,7 ribu
(Baca: Nilai Impor Kedelai Indonesia Naik Meski Volumenya Turun pada 2022)